Kesalahan Umum Pejuang Beasiswa S2 Luar Negeri
Sayangnya, banyak pelajar yang sudah puluhan hingga ratusan kali melamar beasiswa tetapi tak kunjung menuai hasil ikhtiarnya. Beberapa diantara mereka melakukan kesalahan yang sama berulang kali tetapi tidak menyadari. Sementara yang lainnya sudah belajar dari kesalahan sebelumnya tetapi terperangkap kesalahan lainnya. Meski demikian, kemegahan kampus luar negeri tak membuat mereka surut meski gagal berkali - kali.
Tips dan Trik Berburu Beasiswa S2
Seorang mentor di Mentor Inc peraih beasiswa S2 dan S3 di kampus luar negeri, Mbak Rere, berbagi cerita dan tips berjuang meraih gelar scholarship awardee. Menurutnya, salah satu kesalahan umum dan kecil tetapi dampaknya besar adalah kurang memperhatikan hal - hal detail. Jumlah salinan dokumen, resolusi foto, ukuran font dan kelengkapan dokumen adalah hal - hal umum yang sering membuat perjuangan kandas di awal seleksi.
Meremehkan Hal - Hal Kecil Jadi Bumerang
Pasalnya, seleksi administrasi beasiswa pada tahap screening menggunakan tools untuk mempermudah pengerjaan. Salah format sedikit saja, dapat langsung tereliminasi. Padahal dokumen kita belum sempat direview betul - betul oleh pemberi beasiswa. Kalah sebelum berjuang namanya. Oleh sebab itu, penting sekali untuk attention to detail dan berhenti meremehkan hal - hal kecil.
Kebiasaan meluputkan hal - hal kecil terjadi biasanya karena kurangnya persiapan yang matang. Imbasnya tidak ada waktu untuk melakukan pengecekkan ulang. Menunda - nunda pekerjaan memang menjadi momok sikap negatif yang sering dihantui pelajar.
Jadi, jika ada waktu luang segerakan saja persiapkan dokumen atau apabila tidak memiliki waktu, sisipkan waktu khusus untuk memperjuangkan beasiswa impian. Selama time management baik dan disiplin, alasan kesibukan harusnya bisa diatasi.
Personal Statement yang Dibuat Tidak Personal
Apabila kedua tips di atas berhasil diaplikasikan, jangan lupa untuk membuat personal statement yang spesifik dengan beasiswa yang akan kita daftar. Kita semua tahu semakin banyak melamar, semakin besar peluang. Tetapi kalau semua peluang dimanfaatkan dengan satu personal statement yang sama, maka peluang yang tadinya besar akan menciut.
Reviewer akan segera mengetahui mana personal statement yang menampilkan minat, motivasi, dan alasan terkuat mengapa kandidat harus terpilih dan mana yang tidak. Personal statement yang terlalu umum dinilai lemah atau bahkan mungkin saja mereka segera tahu bahwa personal statement ini tidak benar - benar ditujukkan untuk mereka.
Surat Rekomendasi Beasiswa Dari yang Tidak Dikenal
Tidak hanya personal statement yang biasanya dibuat general sehingga menghasilkan kegagalan. Surat rekomendasi juga seringkali menjadi alasan gugurnya kandidat saat proses seleksi. Surat ini sangat berguna untuk menilai apakah kandidat memiliki performa yang mumpuni di organisasi sebelumnya.
Sebaiknya, surat rekomendasi dibuat oleh orang yang benar - benar mengetahui dan berinteraksi langsung dengan kandidat. Harapannya, surat rekomendasi tersebut lebih spesifik dan lebih meyakinkan reviewer.
Kebanyakan kandidat memilih surat rekomendasi dari orang paling tinggi seperti rektor di kampus atau direktur di perusahaannya. Padahal tidak harus demikian. Guru pembimbing atau manajer kita pun bisa memberikan surat rekomendasi yang valid. Lebih baik menggunakan surat rekomendasi dari orang terdekat tetapi spesifik daripada orang yang jauh lebih senior tetapi tidak mengenal kandidat lebih dalam.
Menganggap Kegiatan Sebagai Volunteer Tidak Penting
Kekuatan surat rekomendasi juga bisa saja berada pada kegiatan volunteer. Apabila kandidat sering menjadi sukarelawan dengan performa yang baik di lembaga tersebut, reviewer sangat mungkin memandang kandidat sebagai orang yang akan berkontribusi untuk masyarakat.
Kita sama - sama tahu, tidak ada beasiswa yang ditujukkan hanya untuk menyejahterakan penerimanya. Beasiswa punya tujuan yang lebih besar dari itu. Betul, seperti kontribusi untuk masyarakat atau negara. Jadi, pastikan kandidat memiliki surat rekomendasi dari lembaga volunteer jika pernah mengikutinya.
Belum Fokus Pada Soft Skill Pendukung
So, being smart is not enough meski nilai dan prestasi akademik tetap jadi syarat penting beasiswa, attitude yang baik, soft skill seperti resilience, prepare to detail, persistence, dan high curiosity juga jadi modal utama berjuang.
Saat proses interview sangat penting bagi kita untuk menguasai dokumen CV yang sudah kita tulis. Kemampuan menjelaskan kisah hidup dan pengalaman untuk meyakinkan interviewer adalah salah satu momen terpenting yang sangat perlu dipersiapkan. Sehingga skill komunikasi adalah hal mutlak yang harus dikuasai untuk berjuang mendapatkan beasiswa impian.
Selain itu, salah satu proses interview lainnya yang seringkali digunakan saat seleksi beasiswa adalah FGD (Focus Group Discussion). Lagi - lagi, kemampuan komunikasi sangat diperlukan dalam proses ini. Kita diharapkan mampu untuk berdiskusi seraya mendengarkan pendapat orang lain dan mengemukakan pendapat kita dengan bijak. Lebih dari itu, soft skill seperti leadership dan interpersonal skill akan nampak jelas pada proses FGD ini.
Tidak Proaktif Padahal Bukan di Negara Sendiri
Apabila berhasil menjadi penerima beasiswa, ada banyak tantangan di luar negeri seperti culture shock hingga academic shock. Agar anti gagal, segera minta support dari fakultas apabila menemukan kendala baik akademik maupun non akademik. Kebiasaan untuk proaktif adalah keterampilan untuk bertahan hidup paling utama sebagai perantau di luar negeri. Jika tidak meminta bantuan saat bingung, stres atau kendala lainnya maka siapa lagi yang akan membantu?
Lupa Kacang Dengan Kulitnya
Jangan lupa, setelah lulus dari universitas dengan titel penerima beasiswa, berikan kontribusi terbaik untuk masyarakat. Kesalahan ini umum terjadi, dengan anggapan bahwa kandidat berhak mendapatkan beasiswa karena intelegensinya. Padahal, integritas lebih utama dibanding inteligensi.
Rampung sudah kesalahan - kesalahan umum yang saat mendaftar dan menerima beasiswa S2. Semoga kita bisa mengambil banyak pelajaran dari keberhasilan kita yang tertunda.